Welcome

This blog is about chids education. You can share yoer experience and information that correlate with children and their worlds. How to raise baby, negotiate with them to eat their foods, brush teeth before sleep, and so on. What a wonderfull world!

Kamis, 28 April 2011

10 Tanda Rumah Sakit Sayang Bayi

1. Memiliki kebijakan tertulis tentang pemberian ASI yang selalu dikomunikasikan antar staf pelayanan kesehatan.
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan mengenai keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan tersebut.
3. Memberi informasi kepada seluruh ibu hamil tentang keuntungan dan penanganan ASI.
4. Membantu ibu melakukan inisiasi ASI dalam setengah jam paska bersalin.
5. Menunjukkan kepada ibu bagaimana cara pemberian ASI dan bagaimana untuk tetap mempertahankannya walaupun ia harus (dirawat) terpisah dari bayinya.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI kecuali ada indikasi medis.
7. Melakukan rawat gabung (ibu dan anak dalam satu kamar) 24 jam sehari.
8. Mendorong ibu untuk memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi.
9. Tidak memberikan instrumen lain seperti dot, kepada bayi yang mendapat ASI.
10. Membuat kelompok pendukung pemberian ASI dan menganjurkan ibu menyusui untuk bergabung dengan mereka sepulang dari Rumah Sakit atau Klinik.
*Pernyataan bersama WHO dan UNICEF 1989

WHAT CAN I DO FOR YOU?

Bagaimana agar kita dapat melejitkan potensi-potensi kecerdasan yang luar biasa dalam diri anak? Berbagai jalan ditempuh para ayah dan ibu untuk dapat mendongkrak kecerdasan anak. Susu dan suplemen yang diiklankan dapat meningkatkan kapasitas otak anak laris manis. Mulai dari susu khusus ibu hamil sampai dengan susu balita yang mengandung DHA dan AA.

Sekolah-sekolah dengan sistem pembelajaran yang digembar-gemborkan dapat merangsang kreatifitas dan mengembangkan kecerdasan anak, punya daftar waiting list karena kebanjiran murid. Begitu pula berbagai kursus dan klub-klub kursus bahasa dan bimbingan pelajaran sekolah tidak pernah kekurangan peminat.

Upaya-upaya aktif orangtua ini sebenarnya baik, namun bila memforsir tenaga dan pikiran anak hanya demi ambisi orangtua tentu saja dapat menjadi buruk akibatnya bagi anak. Bila ditambah dengan tuntutan orangtua malah dapat menekan potensi-potensi kecerdasan lain yang sebenarnya ada dan mungkin bahkan sangat besar dalam diri anak.

Oleh karena itu, orangtua mesti sigap mengobservasi anak, mengamati perkembangan anak tahapan demi tahapan. Perhatikan potensi kecerdasan apa yang menonjol pada diri anak? Mainan apa yang memunculkan ekspresi paling senang dari anak? Situasi bagaimana yang membuat anak paling tertarik, cepat merespon?

Orangtualah yang paling baik dalam menggali dan menyelami apa saja sesungguhnya kecerdasan yang menjadi potensi si kecil. Dengan mengenali potensi-potensi anak sejak dini kita dapat mengarahkan potensi-potensi kecerdasan anak yang luar biasa ini agar dapat melejit dengan optimal.
Di samping itu, kecerdasan anak sendiri erat dipengaruhi oleh tiga faktor pendukung, yaitu; hereditas atau keturunan, fisik atau terpenuhinya standar gizi dan kesehatan, serta stimulus atau rangsangan pengasah kecerdasan dari lingkungan. Hereditas adalah poin pertama dari tangga potensi kecerdasan anak. Anak memperoleh potensi kecerdasan dari orangtua. Kecerdasan ini utamanya diturunkan dari ibu. Misalnya, seorang anak yang memiliki orangtua dengan IQ 170 berpotensi untuk mempunyai IQ 170 juga. Begitu pula pelukis, penari, pemusik, besar kemungkinannya untuk menurunkan anak-anak yang memiliki kecerdasan gambar, gerak, dan musik. Namun, faktor hereditas ini baru berkembang optimal bila didukung kekuatan dua faktor lain yaitu faktor fisik dan stimulus.

Seperti yang sudah dijelaskan faktor fisik ini berupa kecukupan gizi dan kesehatan anak. Misalnya anak dengan potensi IQ 170 karena lahir dari ibu dengan IQ 170 namun bila sejak dalam kandungan ibu kurang memperhatikan makanan dan kesehatan diri dan janinnya, kemudian setelah lahir hidup pada lingkungan yang tidak sehat dan gizi buruk, potensi kecerdasannya bisa menurun. Sebab kurangnya asupan gizi dan kondisi yang tidak sehat dapat mengganggu pertumbuhan otak.

Otak menjadi pusat pengatur dan pengendali seluruh kemampuan manusia baik yang berwujud pemikiran logis, ekspresi perasaan, hingga keterampilan olah tubuh. Sehingga gangguan pada perkembangan otak tentu akan menurunkan pula kualitas kemampuan unsur-unsur penunjang kecerdasan. Perkembangan otak tumbuh sangat pesat di masa sebelum kelahiran, terbentuk 95% sempurna sampai usia anak kira-kira 2 tahun dan sisa penyempurnaan yang 5%nya terjadi sampai anak berusia sekitar 5-6 tahun. Karena itu jangan sampai ibu hamil dan anak balita hidup dalam kondisi gizi buruk karena akan mempengaruhi kecerdasan anak di masa mendatang.

Hal ketiga yaitu stimulasi yang didapatkan anak. Stimulasi yang diberikan pada anak dapat berupa pengalaman di alam terbuka, sentuhan penuh kasih sayang atau mengajak anak berbicara. Stimulus untuk merangsang kecerdasan bahkan bisa dilakukan sejak anak masih dalam kandungan. Sebab aliran darah ibu dan anak menjadi satu, rangsang syaraf telah terhubung, terbangun pula kontak batin melalui hubungan bonding antara ibu dan bayi, bahkan ayah dan bayi.

Janin yang sedang menendang-nendang dan kemudian dielus-elus, akan menjadi lebih tenang. Maka baik sekali bila janin juga kerap diberi rangsang sentuhan, diusap-usap oleh ayah ibunya. Begitu pula bila janin diajak bicara, efeknya sangat baik. Satu penelitian menunjukkan bayi-bayi yang sejak di kandungan dibacakan cerita 20 menit sehari ternyata lebih cerdas dari yang tidak diberi rangsang cerita.

Setelah kelahiran tentu lebih banyak rangsang yang bisa diberikan pada anak untuk memicu dan mengasah kecerdasannya. Pertumbuhan sel otak anak di dua tahun pertama kehidupan mereka berkembang sangat pesat, namun belum terbentuk jaringan-jaringan sel otak yang saling berhubungan. Agar saling berhubungan ada proses yang harus dilalui yakni proses belajar.

Untuk mengembangkan potensinya ini anak sudah mulai bisa dibacakan buku cerita saat dia berusia 1 tahun. Walaupun sepertinya anak belum mengerti, tapi sebenarnya otak anak dirangsang melalui bahasa buku yang biasanya tersusun baik. Dari situ anak akan mulai belajar memperbanyak perbendaharaan kata, mengenal struktur bahasa serta merangsang pengertian si anak.

Potensi Kecerdasan Luar Biasa


Anak yang cerdas memang merupakan dambaan setiap orangtua. Sebab kecerdasan diyakini sebagai salah satu pintu gerbang kesuksesan di masa depan. Tidak ada yang salah dengan pemikiran ini, namun ketika orangtua menyempitkan definisi kecerdasan, yaitu pintar dalam pelajaran sekolah dan punya kemampuan bahasa asing yang hebat, hal ini yang menjadi masalah.
Yang dimaksud dengan kecerdasan secara umum sebenarnya merupakan gabungan dari kemampuan pada diri seseorang untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan, memunculkan kreativitas dan menyelesaikan masalah-masalah yang ditemuinya dalam kehidupan.
Karenanya, mengartikan kecerdasan hanya pada lingkup akademis menjadi tidak adil bagi anak yang sebenarnya memiliki banyak ragam kecerdasan namun tidak pernah dianggap karena tidak masuk hitungan “kecerdasan sekolahan”.
Lebih parah lagi, pintar dalam di sekolah ini pun seringkali diukur berdasarkan pada penguasaan anak dalam bidang eksak logika, matematika misalnya, atau fisika dan kimia.
Maka, anak yang mendapat nilai 100 pada pelajaran matematika, meski hasil yang dicapai pada mata pelajaran lainnya biasa-biasa saja akan dikategorikan sebagai anak cerdas. Sementara itu, seorang anak yang pandai mengarang, menggambar, dan berolahraga, namun nilai matematikanya 60 tetap saja dikategorikan sebagai anak yang kurang cerdas.
Itulah sebabnya kemudian muncul kritisi atas tolok ukur kecerdasan ini. Salah seorang diantaranya adalah Howard Gardner, psikolog asal Amerika Serikat. Gardner mencetuskan konsep kecerdasan majemuk (multiple intelegence) dan memformulasikan 8 aspek kecerdasan pada manusia yaitu kecerdasan logika matematika, kecerdasan bahasa, kecerdasan tubuh kinestetik, kecerdasan visual spasial, kecerdasan musik, kecerdasan diri, kecerdasan sosial dan kecerdasan alam.
Si cerdas logika dan matematika ini senang berhitung, suka menggunakan angka untuk mendeskripsikan sesuatu, dan cenderung menganalisa berbagai hal dengan urutan logis. Minat anak pada kegiatan eksplorasi dan eksperimen sangat besar. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena alam yang tertangkap indranya dan menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan yang mereka ajukan.
Tanda-tanda umum pada anak yang cerdas bahasa antara lain: pintar mengolah kata, mengolah kata, pandai berbicara, gemar bercerita, juga “betah” membaca. Anak dengan kecerdasan bahasa menonjol kemampuannya dalam hal menggunakan bahasa untuk menceritakan peristiwa, mengembangkan argument, beretorika, membangun kedekatan dan kepercayaan, juga mengungkapkan ekspresi.
Anak yang cerdas tubuh kinestetik ini terampil dalam olah tubuh, koordinasi gerak, serta bagus kontrol keseimbangannya. Si kecil ini dalam kesehariannya tampak dinamis, tangkas, dan energik. Saat bermain, bersosialisasi, belajar, bahkan berpikir, anak–anak dengan kecerdasan tubuh di atas rata-rata ini menyukai kegiatan fisik, banyak bergerak, senang menyentuh, berjalan atau berpindah-pindah.
Cerdas visual spasial maksudnya adalah cerdas gambar dan ruang. Anak ini seringkali terkenal sebagai sosok kreatif imajinatif karena mereka cenderung berpikir secara visual, yaitu membayangkan, merangkai, dan menggambarkan ‘sesuatu’ di dalam pikiran. Mereka suka menjelaskan berbagai hal menggunakan gambar, tertarik pada penjelasan bergambar, mampu menelaah, menganalisa kejadian atau memecahkan masalah dengan membayangkan ruang, bentuk, pola, warna, maupun sejumlah rangkaian di dalam khayalan mereka.
Kepekaan tinggi terhadap suara, nada, melodi, ritme dan irama adalah milik si cerdas musik. Anak-anak dengan kecerdasan musical menonjol mudah mengenali dan mengingat nada, cepat merangkai kata-kata menjadi lagu, pandai memadukan lirik dengan nada dan melodi, terampil menciptakan kreasi-kreasi musik dan cenderung cepat terampil memainkan alat musik.
Kemampuan menonjol dalam penilaian akan diri sendiri merupakan ciri-ciri anak dengan kecerdasan diri. Mereka nampak seperti sang perenung. Itu dikarenakan mereka sadar dan tahu dengan baik kekuatan dan kelemahan diri mereka. Oleh karena itu, mereka mengorganisasi kekuatan dan kelemahan diri mereka untuk menentukan tujuan, melakukan tindakan, serta mengekspresikan pandangan pribadi. Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan yang tinggi dalam berbagai situasi namun mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik, sebab dia tahu bagaimana menempatkan dirinya di tengah lingkungan sosial.
Anak-anak dengan kecerdasan sosial yang menonjol senang berteman dan mudah bekerjasama dengan teman-temannya. Tak jarang mereka juga muncul sebagai pemimpin atau ketua kelompok karena senang dan mampu mengorganisasi orang lain. Si cerdas sosial memang menonjol kemampuan bersosialisasinya. Mereka gampang menjadi dekat dengan orang lain, cepat memahami perasaan, pikiran dan tingkah laku orang lain, pandai berempati, senang menjalin hubungan sosial serta mampu menggunakan beragam cara berinteraksi untuk membina hubungan.
Si kecil yang sangat tertarik mengamati detil alam sekitar seperti bumi, ruang angkasa, tumbuhan, hewan bahkan keunikan manusia merupakan tanda anak dengan kecerdasan alam. Si cerdas alam memang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap alam dan lingkungan. Mereka nampak menikmati keadaan benda-benda di sekitarnya. Anak-anak dengan kecerdasan naturalis yang menonjol tertarik dengan cerita dan pembelajaran yang berkaitan dengan fenomena alam.
Mengacu pada konsep kecerdasan majemuk ini, kita akan mendapati bahwa setiap anak dilahirkan cerdas. Setiap anak lahir dengan mempunyai kecenderungan kecerdasan yang berbeda-beda. Di antara mereka ada yang menonjol kecerdasannya pada salah satu unsur tertentu, ada anak-anak yang menonjol kecerdasannya pada beberapa unsur dan ada pula yang hampir keseluruhan unsur kecerdasannya berkembang secara rata-rata tanpa ada dominasi salah satu unsur. Tugas orang tua adalah memberi kesempatan agar anak terus tumbuh dan bersemangat untuk terus belajar serta mengembangkan bakat-bakatnya.
Nah, apakah adil kita menilai kecerdasan anak dari nilai matematikanya saja? Anda tahu jawabannya.

Daftar Blog Saya